Musim hujan. Bisa dibilang aku gak suka hujan, buat basah dan bisa jadi sakit. Aku gak suka kalau hujan datang dan aku belum di rumah, pengin nangis karena takut. Hari ini juga gitu, langitnya mendung mau hujan. Sebenarnya tadi sempat hujan sebentar habis itu reda lagi. Aku pulang les sore lagi, jam lima lebih? Aku lupa. Istirahatnya tadi agak lama karena guru lesku sempat ngobrol dengan alumni dari tempat les, aku dan teman-teman kenal dia. Dia adalah kakak kelas, beda dua tahun denganku. Dia ikut ekstrakulikuler pramuka, di sekolah aku disebut bantara, kakak bantara di panggilnya. Cukup terkenal karena reputasinya sebagai kakak bantara dan juga wajahnya yang tampan, dia juga salah satu murid yang rajin katanya. Dibanding bahas soal kakak kelas tadi, aku lebih suka kalau guru lesku gak usah ngobrol sama dia karena jadinya pulang lebih lama.
Aku nunggu angkot kaya biasanya.
Hari ini angkotnya agak lama, temanku yang lain juga udah pada pulang termasuk
dua yang juga naik angkot. Sambil nunggu, dari sebrang di tempat lesku aku
lihat dia keluar menghampiri motornya, kayanya mau pulang juga, pikirku. Sempat
berpikir apakah dia akan menawarkan aku tumpangan atau tidak, berhubung rumah
kita satu arah. Dan juga, siapa yang tidak mau diberi tumpangan gratis? Hemat
ongkos pulang. Dia mulai menjalankan motornya, siap untuk meninggalkan tempat
les. Aku fokus melihat ke jalan mencari angkot merah yang belum kelihatan penampakannya
dari tadi, sebisa mungkin gak lihat ke arah kakak kelas itu. Ketika melewati
aku yang sedang menunggu angkot, motornya berhenti. Harapanku terwujud? Dia
menyebut namaku lalu bilang,
Lagi nunggu angkot? Aku
mengangguk.
Mau bareng aja nggak? Aku
menjawab, boleh? Boleh, katanya.
Sebelum naik dia sempat bilang, aku
gak bawa helm dua gak apa-apa ya? Aku mengangguk lagi bilang gak apa-apa. Kita pulang bareng.
Sebenarnya aku gak suka kalau
naik motor tapi gak pake helm, risih. Tapi ya mau bagaimana lagi, hari udah
sore aku yakin angkotnya juga udah nggak ada. Disamping itu aku juga agak
senang karena bisa hemat ongkos pulang hehe. Di perjalanan dia bilang lagi,
Lewatnya gak ke jalan gede gak
apa-apa gak?
Gak apa-apa, jawabku.
Pikirku lewat jalan desa karena menghindar dari polisi, aku gak pake helm. Aku
juga gak keberatan karena udah pernah pulang lewat jalan ini sebelumnya.
Di tengah perjalanan mulai
gerimis, awalnya kecil lama-lama jadi hujan besar. Dia juga gak bawa jas hujan
jadi kita berdua otomatis basah kena air hujan. Dia akhirnya memutuskan untuk
lewat ke jalan raya, sambil mencari barangkali masih ada angkot. Tapi sayangnya
angkot di hari itu gak ada sama sekali, hujan juga semakin deras, dia bertanya
untuk memastikan,
Gimana nih jadinya?
Kayanya gak apa-apa deh, kak.
Bablasin aja, lagian angkotnya juga gak ada. Aku pikir ini adalah keputusan
terbaik karena kalaupun pesan taksi online aplikasiku belum sempat di update,
jadi tidak bisa dibuka dan akan lama lagi.
Sambil tertawa kecil dia
membalas, gak apa-apa tapi hujan-hujanan gini naik motor? Aku menjawab
gak apa-apa. Dia melajukan motornya, menambah kecepatan.
Gak banyak yang kita obrolin
karena hujan juga jadi agak sedikit susah. Waktu jarak ke rumah semakin dekat
aku kasih tahu harus berhenti dimana, aku juga bilang buat berhenti di depan
gang aja karena jujur takut ngerepotin banget. Jarak gang ke rumahku juga gak
jauh-jauh banget. Dia menolak, katanya, emang rumahnya dimana? Aku anterin
sampai depan rumah aja, hujan gini. Aku mengalah.
Akhirnya sampai depan rumahku,
aku langsung turun dari motor. Gak banyak percakapan atau basa-basi buat mampir
dulu ke rumah, mana sempat keburu basah kuyup.
Makasih banyak ya kak, maaf
ngerepotin.
Iya sama-sama. Duh maaf ya
jadi kehujanan gini. Bilang begitu sambil lihat kondisiku dari atas sampai
bawah yang hampir semua basah, kehujanan. Padahal diapun sama begitu.
Aku menjawab gak apa-apa dan dia
pamit untuk pulang. Aku juga masuk ke dalam rumah.
Itu adalah kali pertamaku, suka
basah kuyup karena kehujanan.